Perusahaan Terbesar di Inggris Berdasarkan Kapitalisasi Pasar – Inggris Raya, sebagai ekonomi terbesar keenam di dunia, memiliki banyak perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar yang terdaftar di Bursa Efek London. Sebagian besar dari perusahaan-perusahaan ini merupakan bagian dari indeks FTSE 100, yang mencerminkan kinerja perusahaan-perusahaan terbesar menurut kapitalisasi pasar.
Perusahaan Terbesar di Inggris Berdasarkan Kapitalisasi Pasar
lxnews – Dalam artikel ini, kami akan membahas 20 perusahaan terbesar di Inggris berdasarkan kapitalisasi pasar dan memberikan informasi tentang cara Anda dapat terlibat dalam spread betting atau perdagangan CFD pada saham mereka. Data yang disajikan adalah akurat per Mei 2021.
Cara Berdagang Saham Perusahaan-perusahaan Terbesar di Inggris
1. Buka Akun: Mulailah trading dengan membuka akun dan Anda akan secara otomatis mendapatkan akses ke akun demo gratis kami, yang memungkinkan Anda berlatih menggunakan dana virtual.
2. Telusuri Perpustakaan Produk: Jelajahi lebih dari 10. 000 instrumen keuangan dalam perpustakaan produk kami. Anda dapat menyaring pencarian berdasarkan kelas aset, sektor, dan negara, misalnya, saham teknologi Inggris.
3. Pelajari Cara Berdagang Saham: Anda dapat menerapkan berbagai strategi, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dalam perdagangan saham. Temukan metode yang paling efektif bagi Anda.
4. Terapkan Manajemen Risiko: Lindungi modal Anda dengan memahami bahwa pasar saham sangat fluktuatif. Gunakan perintah stop-loss untuk menghindari kerugian yang tidak terduga akibat slippage atau gapping.
5. Ikuti Berita Pasar: Selalu up-to-date dengan laporan laba, pengumuman perusahaan, dan berita penting lainnya mengenai saham yang Anda perdagangkan.
Semua perusahaan yang kami bahas terdaftar di Bursa Efek London dan termasuk dalam indeks FTSE 100. Berikut adalah analisis mendalam mengenai 10 perusahaan teratas:
1. Unilever (LSE: ULVR)
Unilever adalah konglomerat Inggris-Belanda yang bergerak dalam industri barang konsumsi, dengan lebih dari 400 merek terkenal seperti Dove, Lipton, dan Magnum. Didirikan pada tahun 1929, perusahaan ini berkantor pusat di London dan Rotterdam. Merek-merek Unilever mencakup berbagai produk, termasuk makanan, minuman, perawatan pribadi, serta barang pembersih dan kesehatan. Merek-merek tersebut tersedia di lebih dari 190 negara di seluruh dunia dan terdaftar di Bursa Efek London, Bursa Efek New York, dan Euronext Amsterdam. Selain menjadi bagian dari indeks FTSE 100, Unilever juga termasuk dalam indeks AEX di Amsterdam dan Euro Stoxx 50.
baca juga : Dampak Gaya Hidup Sedentari terhadap Kesehatan Fisik dan Mental
Pada tahun 2020, meskipun pandemi Covid-19 melanda, Unilever berhasil meningkatkan penjualan pokok sebesar 1,9%. Sektor kecantikan dan perawatan serta produk makanan sempat terdampak oleh penutupan saluran distribusi, namun pasar inti seperti Tiongkok dan India menunjukkan pertumbuhan kembali saat larangan karantina dilonggarkan. Meski begitu, secara keseluruhan, perusahaan mengalami penurunan omzet sebesar 2,4% pada tahun yang sama.
2. AstraZeneca (LSE: AZN)
Dengan informasi di atas, Anda kini dapat lebih memahami posisi perusahaan-perusahaan besar di Inggris serta cara terlibat dalam aktivitas perdagangan saham mereka.
AstraZeneca adalah perusahaan farmasi multinasional yang berbasis di Inggris dan Swedia, diakui sebagai pemimpin industri tidak hanya di Tanah Britania tetapi juga di panggung global. Berkantor pusat di Cambridge Biomedical Campus, yang merupakan pusat penelitian kesehatan dan medis terbesar di Eropa, AstraZeneca didirikan pada tahun 1999 melalui penggabungan dua perusahaan farmasi yang sudah ada. Sejak saat itu, perusahaan ini terus berkembang dengan melakukan akuisisi beberapa bisnis, termasuk MedImmune, Spirogen, dan Definiens. Fokus utama AstraZeneca terletak pada bidang perawatan kesehatan, mencakup penelitian kanker, penyakit pernapasan dan autoimun, serta ilmu saraf. Selain terdaftar di London Stock Exchange (LSE), perusahaan ini juga memiliki pencatatan sekunder di bursa saham lain seperti NASDAQ OMX, Bombay Stock Exchange, dan NASDAQ di New York.
Tahun 2020 menjadi tonggak penting bagi AstraZeneca, karena perusahaan berhasil mengembangkan dan mendistribusikan vaksin untuk melawan dampak Covid-19, berkat kolaborasinya dengan Universitas Oxford. Vaksin Oxford-AstraZeneca disetujui dan mulai diberikan pada awal tahun 2021 dengan tingkat keberhasilan mencapai 81,3% setelah dosis kedua. Dalam laporan tahunan, AstraZeneca mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 9% pada tahun tersebut.
3. HSBC (LSE:HSBA)
adalah perusahaan perbankan dan jasa keuangan multinasional yang melayani lebih dari 65 negara di seluruh dunia. Sebagai bank terbesar di Eropa dan salah satu yang terbesar di dunia, HSBC didirikan di wilayah Hong Kong Inggris pada tahun 1865 dan kini berkantor pusat di London, tetap mempertahankan hubungan erat dengan pasar Asia. Layanan yang ditawarkan mencakup perbankan komersial, perbankan dan investasi global, perbankan ritel, perbankan pribadi, serta pengelolaan kekayaan. Selain terdaftar di LSE, HSBC juga tercatat di Bursa Efek Hong Kong dan NYSE, serta menjadi bagian dari indeks Hang Seng.
Namun, pada tahun 2020, total laba dan pendapatan HSBC mengalami penurunan hampir 30% akibat dampak pandemi Covid-19. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh suku bunga yang lebih rendah dan kesulitan dalam pembayaran utang dan pinjaman secara global. Meskipun demikian, kerugian ini sebagian dapat diimbangi oleh pengurangan biaya operasional yang tercatat 19% lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Seiring with kebangkitan pasar Asia, hal ini diharapkan dapat membantu HSBC pulih dari dampak pandemi.
4.Rio Tinto (LSE:RIO)
merupakan perusahaan pertambangan Anglo-Australia yang berkantor pusat di London. Sebagai salah satu produsen dan penyuling logam mulia terbesar di dunia, Rio Tinto memproduksi berbagai komoditas seperti emas, berlian, besi, aluminium, dan tembaga. Didirikan pada tahun 1873 oleh investor asal Spanyol, perusahaan ini masih aktif beroperasi di Spanyol dan berbagai negara lainnya. Rio Tinto juga mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Australia dan NYSE, serta tergabung dalam indeks saham S&P/ASX 200.
Pada tahun 2020, meskipun menghadapi tantangan akibat krisis Covid-19 dan kerusakan gua suci Juukan Gorge di Australia yang menyebabkan sambutan negatif dari masyarakat, pendapatan keseluruhan Rio Tinto justru mengalami kenaikan sebesar 3% dibandingkan tahun 2019. Stabilnya harga saham Rio Tinto juga dipicu oleh lonjakan harga bijih besi. Sebagai respons terhadap kritik dari berbagai kelompok lingkungan, Rio Tinto berkomitmen untuk meningkatkan strategi perubahan iklimnya dan menargetkan pencapaian nol emisi bersih di seluruh operasinya pada tahun 2050.
baca juga : Constitutionalism Of The United Kingdom
5. Diageo (LSE:DGE)
Diageo adalah salah satu produsen minuman beralkohol terbesar di dunia, yang didirikan pada tahun 1997. Dengan operasi di lebih dari 180 negara, perusahaan ini memiliki lebih dari 200 merek yang terkenal di berbagai kategori minuman. Diantara merek-merek ikoniknya, terdapat Johnnie Walker (whisky), Smirnoff (vodka), Captain Morgan (rum), Gordon’s (gin), Guinness (bir), Baileys (minuman krim), dan Don Julio (tequila). Diageo juga memiliki saham signifikan dalam divisi minuman Moet Hennessy yang dimiliki oleh LVMH, perusahaan asal Prancis. Berkantor pusat di London Barat, saham Diageo tercatat di Bursa Efek New York.
Tahun 2020 menjadi tantangan besar bagi Diageo, dengan laba operasional mengalami penurunan hingga 47% akibat penerapan pembatasan karantina dan penutupan tempat-tempat penjualan seperti pub, restoran, dan bar. Laba per saham juga merosot dari 130p pada tahun 2019 menjadi 60p pada tahun 2020. Meski demikian, satu-satunya pasar yang mencatatkan peningkatan penjualan adalah Amerika Utara, yang mengalami pertumbuhan penjualan bersih organik sebesar 2%. Dalam menghadapi tantangan ini, perusahaan berencana untuk mengurangi pengeluaran yang tidak perlu dan lebih efektif dalam mengelola biaya.
6. GlaxoSmithKline (LSE:GSK)
Didirikan pada tahun 2000 dari gabungan empat perusahaan perawatan kesehatan, GlaxoSmithKline (GSK) kini menjadi salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia. GSK menempatkan fokus pada sains, melakukan penelitian, pengembangan, dan produksi obat-obatan serta vaksin, termasuk barang-barang konsumen terkait kesehatan. Perusahaan ini berkonsentrasi pada bidang HIV, penyakit pernapasan, onkologi, dan imunologi. Beberapa produknya, seperti amoksisilin dan merkaptopurin, terdapat dalam daftar obat esensial WHO, dan GSK juga mengembangkan vaksin malaria pertama di dunia. GSK terdaftar di NYSE dengan pencatatan sekunder.
Pada tahun keuangan 2020, GlaxoSmithKline melaporkan peningkatan laba operasional total sebesar 2%, berkat pengurangan biaya operasional. Selain itu, omzet grup mengalami peningkatan sebesar 3%, yang dapat lebih tinggi lagi jika penjualan obat dan vaksinnya tidak terdampak oleh permintaan vaksin Covid-19. Perusahaan tetap berkomitmen untuk memberikan dividen yang menarik bagi para investornya pada tahun 2021.
7. British American Tobacco (LSE:BATS)
British American Tobacco (BAT) adalah produsen dan pengecer tembakau multinasional yang berkantor pusat di London dan didirikan pada tahun 1902. Sebagai perusahaan tembakau terbesar di dunia berdasarkan penjualan bersih, BAT beroperasi di 180 negara dan memiliki pencatatan di Bursa Efek Johannesburg serta NYSE. Merek-merek rokok terkenal yang dimiliki perusahaan ini termasuk Lucky Strike, Pall Mall, Kent, dan Dunhill. Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang berkembang, BAT juga menghadirkan produk berisiko rendah seperti vape dan kantong oral dari Vype dan Glo.
Meskipun penjualan rokok mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, British American Tobacco berhasil menyesuaikan portofolio produknya. Jumlah konsumen meningkat dari 10,5 juta pada tahun 2019 menjadi 13,5 juta pada tahun 2020, dan penjualan produk vape serta kantong oral mengalami lonjakan sebesar 132%. Secara keseluruhan, pendapatan perusahaan hanya turun sebesar 0,4%, angka yang mengejutkan bagi banyak investor mengingat konteks pasar yang dihadapi.
8. BP (LSE:BP)
BP adalah salah satu dari tujuh perusahaan minyak dan gas “supermajor” di dunia, yang didirikan pada tahun 1902 dan berkantor pusat di London. Awalnya dikenal sebagai The British Petroleum Company, perusahaan ini terlibat dalam berbagai aspek industri minyak dan gas, termasuk eksplorasi, penyulingan, distribusi, pemasaran, dan perdagangan. Saat ini, BP mengoperasikan lebih dari 180. 000 stasiun pengisian bahan bakar di seluruh dunia dan memproduksi lebih dari 3,8 juta barel minyak setiap harinya. Perusahaan ini juga terdaftar di Bursa Efek Frankfurt dan NYSE, serta masuk dalam daftar Forbes Global 2000 pada tahun 2020, yang menilai perusahaan publik terbesar di dunia.
Namun, tahun 2020 menjadi tantangan besar bagi industri minyak dan gas, dengan penurunan permintaan global akibat pembatasan perjalanan dan aktivitas industri. BP mencatat pendapatan terendah dalam lebih dari 16 tahun, yang mencapai hanya 180 miliar. Selain itu, perusahaan ini pernah terlibat dalam beberapa insiden lingkungan yang signifikan, termasuk tumpahan minyak Deepwater Horizon. Mengingat situasi ini, BP kini semakin memperluas fokusnya pada energi terbarukan, seperti biofuel, tenaga angin, dan teknologi surya. Oleh karena itu, BP layak diperhatikan, terutama dengan meningkatnya permintaan akan sumber energi terbarukan di pasar global.